KUTACANE -Wilayah Aceh Tenggara diberlakukan Qanun Syari’at Islam, namun, kedai miras atau kedai tuak bebas buka bulan suci Ramadan 1446 Hijriah.
Terkait hal hal ini , Lemahnya dalam penegakan Syariat Islam di Aceh Tenggara, Ketua Komisi D DPRK Aceh Tenggara Tgk Marwan Husni angkat bicara dan soroti bebasnya tuak diperjualbelikan di Agara.
“Kekinian Kita merasa prihatin melihat bulan suci Ramadan dinodai dengan bebasnya kedai tuak buka di buka untuk masyarakat umum. Padahal, Agara diberlakukan Qanun Syari’at Islam, tetapi tak mampu menegakkan Qanun Syari’at Islam tentang khamar. Ini karena kurang seriusnya pihak terkait untuk menutup kedai tuak khususnya bulan Suci Ramadan.
Luar Provinsi Aceh, katanya bisa menertibkan lokasi maksiat khusus bulan suci Ramadan. Kenapa di Provinsi Aceh khususnya di Aceh Tenggara yang diberlakukan Qanun Syari’at Islam, untuk bulan puasa Ramadan saja tak mampu menutup kedai tuak dari tahun ke tahun. Ini ada ada?,,” tanya Tgk Marwan Husni Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Agara.
Menurutnya, dalam bulan suci Ramadan ini kita juga harus saling menghargai dan tetap tunduk pada Qanun Syari’at Islam di Aceh. Siapapun yang berdomisili di Aceh tetap mengikuti Qanun Syari’at Islam dan kita berbeda dengan luar Provinsi Aceh karena kita memiliki kekhususan Aceh,”katanya.
Ketua Komisi D DPRK Agara, Tgk Marwan Husni, kepada Awak media Minggu 9.maret 2025 mengatakan dia yakin dan percaya dibawah kepemimpinan Bupati/Wabup Aceh Tenggara yang baru ini, kedai tuak bisa ditutup selama bulan suci Ramadan sebagai wujud toleransi antar umat beragama di bumi sepakat segenap.
Disisi lainnya dia juga menyoroti bebasnya warung makanan dan minuman berjualan pada pagi hari di Aceh Tenggara. Seharusnya, mereka mengikuti Seruan Bersama Forkompinda Agara.
(Laporan Salihan.Beruh)